Danau Biru dan Estetika Keamanan

TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Aman umumnya diiringi dengan slogan Tertib dan Damai. Kini, Dinas Pariwisata dan PT Aneka Kaolin Utama mencoba menggaungkan mewujudkan konsep Estetika Keamanan. Pasalnya, sejak lokasi tambang ini ramai didatangi wisatawan bahkan direkomendasikan dunia sebagai objek layak dikunjungi. Baik pemerintah maupun perusahaan mulai mengupayakan dua konsep pada satu objek.

Bukan hanya turis, pasangan calon pengantin dari luar pulau Belitong kerap menjadikan danau yang berada di IUP aktif ini sebagai lokasi prewedding padahal awalnya danau kaolin ini sempat diragukan menjadi destinasi wisata baru.

Latarbelakang lokasi tambang menjadi destinasi yang diminati agaknya tidak muncul tiba-tiba. Peran fotografer salah satu pemasar lokasi tambang di Aik Rayak ini. Seperti yang diungkapkan Kusuma Kosasih dari Belitungisland.com, banyak pengunjung ke danau kaolin ini diawali kisah tahun 2006 lalu. Ia sempat menyarankan agar sebutan danau kaolin yang dikenalkan bukan danau biru. Meski keduanya punya arti tersendiri. Dengan sebutan danau biru orang akan kagum dengan refleksi yang ditimbulkan dari permukaan air. Sedangan sebutan danau kaolin akan banyak dijelaskan produk-produk hilir seperti keramaik bahkan kosmetik yang perlu dihasilkan dari danau kaolin di Desa Aik Rayak ini,

”Sekitar tahun 2006 kami membawa rombongan fotografer dan begitu tiba mereka antusias kita juga senang apalagi kita juga sedang mencari sport-spot baru untuk dipromosikan. Beberapa lokasi di survey baik dilokasi tambang yang sudah ditinggalkan ataupun masih operasional.” ujar Kusuma. Menurutnya, dulu tidak ada kegiatan pertambangan disitu. Tempat yang sekarang jadi danau berupa tumpukan pasir dengan kubangan besar dan cekungan unik yang disenangi fotografer. Apalagi di pagi hari atau di saat matahari terik, permukaan air memantulkan tiga warna.

“Berjalan waktu, timbul ide untuk memposting hasil jepretan fotografer seputar refleksi danau kaolin. Namun Rustam (pimpinan Belitungisland.cm) sempat ragu karena pariwisata berseberangan dengan pertambangan. Namun tak menyangka begitu tahu antusias yang melihat. Bahkan yang ingin datang ke Belitung kemudian” jelas Suma. Kini setelah ramai datang danau kembali ditambang justru disaat danau biru populer di dunia. “Kami memaklumi, namun karena ini objek yang diminati, kami pun mendatangi pihak perusahaan. Lalu disarankan untuk menghadap Bupati Darmansyah Husien dan BLHD. Saat itu kami mengusulkan agar kawasan ini ditata dan dikelola oleh masyarakat.” kenang Kusuma. Beberapa hasil jepretan danau kaolin dipajang di kantor perusahaan.

Kekhawatiran pihak perusahaan dapat dimaklumi. Sebagai perusahaan tambang dituntut untuk menjaga keamanan, keselamatan di lingkungan kerja sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 555.K/MPE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum yang ditujukan kepada baik tambang terbuka, tambang bawah tanah, dan kapal keruk.

Pemerintah dalam hal ini mencoba menjadi penengah dua kepentingan, tambang dan pariwisata. Untuk mengakomodir dua kepentingan itulah muncul slogan ‘Aman Berestetika’. Bersama pemilik tambang, Dinas Pariwisata dan Dinas PUPR Kabupaten Belitung menyikapi situasi yang sempat memanas menyusul dipagarinya lokasi tambang oleh perusahaan.

“Rencana pembuatan pagar ini merupakan bagian kegiatan operasional pertambangan guna pengamanan lokasi dengan maksud ganda, Selain dalam rangka K3 pekerja juga pengamanan pengunjung. Tapi telah kita beri masukan agar pagar ini tidak hanya secara fungsional berguna utk pengamanan dan secara estetika memiliki nilai tambah keindahan untuk objek wisata tersebut” ujar Hermanto. (fithrorozi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *