Lomba Bercerita: Menumbuhkan Minat Baca dan Mendidik Karakter Anak

TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Belitung menyelenggarakan Lomba Story Telling dan Story Reading dengan tema “Sebagai Upaya Pelestarian Budaya Lokal Daerah Untuk Penguatan Karakter Bangsa Indonesia Melalui Budaya Baca Sejak Usia Dini” dari tanggal hingga 3 hingga 5 April 2017.

Lomba Story Telling dan Story Reading mengangkat cerita rakyat Belitung dengan dua jenis lomba, yakni Lomba Bercerita Tingkat Sekolah Dasar dan Lomba Bercerita Untuk Guru Tingkat TK/Sederajat dilaksanakan selama dua hari (3-4 April 2017) diikuti 65 peserta.

“Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan minat baca karena kalau minat bacanya rendah kunjungan di perpustakaan juga akan menurun. Ini penting. Dan ternyata tingkat minat baca kita (Indonesia) lebih rendah dibandingkan Vietnam” ujar Kadin Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Belitung, Drs Rafeli usai membuka Lomba Story Telling dan Story Reading tadi pagi, Senin 3 April 2017. Menurutnya, selain dengan lomba, peningkatan minat baca ini perlu didukung dengan layanan perpustakaan keliling. Untuk itu dia berharap ketersediaan sarana prasana pendukung perlu dioptimalkan.

Kegiatan lomba dibagi dalam dua tahap, babak penyisihan (3-4 April) dan babak final. “Hari ini ada 45 peserta untuk Lomba Bercerita Tingkat SD dan akan dipilih 10 nominasi di final tanggal 5 April nanti. Kalau dilihat dari peserta yang ikut tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang ada bahkan Selat Nasik tahun ini tidak ikut” ungkap Salim YAH, juri Lomba Bercerita Anak Tingkat SD.

Selain Salim YAH, 2 juri lainnya adalah Septi Anggraheni dari Perpustakaan, Bambang dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk Lomba Bercerita Tingkat Guru TK/PAUD akan dinilai oleh juri berbeda yakni Nurmariana dari pendidik, Rohalbani dari seniman dan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Salim YAH, sejarawan yang juga penulis cerita rakyat Belitung menyebut, ada 3 point yang dinilai yakni penampilan atau skill bercerita, penguasaan materi dan teknik bercerita “Kalau dilihat dari jumlah perpustakaan dan pengelola sudah cukup. Prasarana memadai namun yang diperlukan itu bagaimana menarik minat siswa untuk membaca. Disinilah peran guru kelas dan kepala sekolah dibutuhkan. Ini terlihat dari jumlah siswa yang ikut lomba” tambah Salim.

Lebih lanjut Salim mengungkapkan, lomba bercerita ini memperlihat bagaimana siswa memerankan satu tokoh, diperlukan penghayatan memerankan tokoh dalam cerita. Dengan banyak tokoh mereka mengenal banyak karakter. Siswa membutuhkan guru untuk membina anak dalam bercerita dan ini ia bisa menitipkan pesan-pesan moral dari setiap tokoh yang dibacakan

“Yang lebih penting lagi dalam cerita itu ada pesan moral yang perlu disampaikan sebagai bagian dari pendidikan karakter terhadap anak didik” pungkas Salim. Namun yang lebih penting menurut Salim YAH, penghayatan dan kemampuan bercerita itu tidak sebatas lomba dan peserta saja, guru kelas dibutuhkan perannya untuk meningkatkan minat baca sehingga tidak hanya tanggung jawan pengelola perpustakaan sekolah saja.

Kasi Pengembangan Pembudayaan Kegemaran Membaca, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, Septi Anggraheni, SE yang juga juri dalam kegiatan ini menjelaskan maksud diselelenggarakannya kegiatan Story Telling dan Story Reading ini adalah untuk melestarikan budaya lokal daerah terutama daerah Belitung melalui pembudidayaan Minat Baca Pada Usia Dini seperti yang diamanatkan Undang-Undang 43 Tahun 2007 tentang Perpustakan. (fiet)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *