SELAT NASIK, DISKOMINFO – Daya tahan dan daya saing nelayan tradisional mencari ikan tidak lepas pada nilai-nilai kebersamaan dan tradisi turun temurun. Inilah yang dilakukan warga Pulau Kuil hari ini (7/4). Nurdin, imam kampung yang dianggap tetua oleh masyarakat Pulau Kuil memimpin prosesi selamat laut yang dihadiri warga pulau Kuil desa pulau Gersik yang tercatat sebanyak 500 jiwa.
Prosesi selamat laut ini diawali dengan bersih-bersih lokasi kegiatan sehari sebelumnya. Dibawah pohon-pohon kelapa anak-anak muda, tokoh masyarakat dan warga di RT 09 dusun pulau Kuil desa Pulau Gersik bahu-membahu membersihkan tempat mereka berkumpul. Tak terkecuali ibu-ibu yang tampak sibuk menyiapkan masakan. Untuk mengungkapkan rasa syukur, warga bahkan menyembelih kambing, anak-anak SD pun sibuk menyiapkan tari-tarian yang akan mereka tampilkan nanti.
“Beberapa hari ini warga dihimbau untuk tidak melaut karena akan bergotong-royong dan menyiapkan kegiatan selamat laut“ ujar Syamsir, orang yang dekat dengan masyarakat setempat dan kini menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Belitung. Menurut Syamsir, filosofi dari selamat laut ini adalah memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT. Kedua memohon perlindungan agar aman saat melaut dan ketiga memupuk keakraban sesama warga masyarakat.
Revitalisasi tradisi ini merupakan modal sosial yang berdampak langsung terhadap pembangunan daerah. Sayangnya banyak tradisi masyarakat pesisir yang mulai ditinggalkan sebagaimana di ungkapkan dukun Ulim desa Lassar, Mukti Maharif. Saat mengikuti Safari Jum’at Berkah Gubernur tadi siang (7/4), ia mengungkapkan keinginan untuk merevitalisasi peran perdukunan. “Dulu masih ada dukun angin dan dukun jaring. Karena keduanya diperlukan bagai nelayan yang mencari ikan. Merekalah yang menyelenggarakan selamat laut.”
Kepemimpinan Mukti Maharif tidak hanya bagi warga Ulim, namun hingga ke Pulau Seliu “Seliu itu masih wilayah saya. Jadi kalau mereka mau melakukan selamat laut mendatangi saya. Tujuannya untuk menarik ikan-ikan itu agar tetap berkumpul di terumbu-terumbu karang” ujar Mukti Maharif yang baru terpilih untuk kedua kalinya sebagai Ketua Forum Perdukunan Adat Belitong.
Mukti mengakui masing-masing wilayah punya tata cara berbeda dalam melaksanakan prosesi selamat laut. Beberapa wilayah seperti di Selatan pulau Belitong ada yang dipengaruhi tradisi suku Sawang, melakukan prosesi selamat laut dengan melarung jung (perahu) ke tengah laut.
Sejak pagi, perahu-perahu nelayan pulau Kuil sudah merapat ketepi pulau Kuil. Rencananya perahu yang sudah dihiasi itu akan diarak mengelilingi pulau. Kegiatan ini juga memupuk kesadaran kolektif untuk menjaga alam khususnya pulau-pulau kecil di desa pulau Gersik.
“Pulau ini kaya dan penting. Pohon kelapa tumbuh subur dan belum termanfaatkan. Ikan masih mudah didapat. Di musim barat, nelayan umumnya tidak jauh melaut paling seputar pulau Batu Dinding tetapi di Musim Timur mereka mencari ikan hingga ke Sadai pulau Bangka dan pulau Sumedang“ ujar Syamsir. Menurutnya sebagian besar warga adalah nelayan pancing dan nelayan jaring.
Tidak hanya itu, Syamsir juga menyebut wilayah lain yang belum tergarap optimal. Tak jauh dari pulau Kuil terdapat pulau Selema dimana terumbu karangnya masih terjaga. Namun yang tak kalah menarik, Pulau Selema menjadi tempat penyu dan sisik bertelur. Sehingga wajar kalau ia berharap pulau Selema akan menjadi destinasi wisata yang menarik dikemudian hari.
“Sejarah pulau ini (Kuil) dulunya memprihatinkan. Guru jarang yang mau menetap, namun dalam hati kita terus berjuang yang terpenting harus menyentuh hak-hak dasar terutama yang perlu di bidang kesehatan. Dulu tingkat kematian ibu melahirkan tinggi, banyak ibu yang meninggal di perahu. Kemudian masalah pendidikan. Kepada mereka yang tamat SMP kita dorong melanjutkan pendidikan ke Tanjungpandan. Dan persoalan tak kalah penting adalah persoalan listrik yang harus teraliri apalagi menjelang bulan puasa ini. Begitupun pelabuhan yang merupakan fasilitas dasar yang perlu dipenuhi karena selain melayani nelayan juga menjadi tempat bongkar muat barang kebutuhan pokok“ tambah Syamsir.
Mencermati kondisi pembangunan infrastruktur dasar yang masih terbatas, Syamsir mengutarakan auto kritik. Anggota termuda di DPRD Kabupaten Belitung periode 2014-2019 ini mengungkapkan semestinya tahun 2017 ini tidak lagi bicara infrastruktur tetapi sudah mengarah pada peningkatan ekonomi, inovasi, kearifan lokal. “Maka kita harus kerja keras untuk memenuhi hak dasar ini“ ujar Syamsir bertekad.
Banyak persoalan yang sering disampaikan warga kepadanya mulai dari persoalan perkembangan koperasi, kesehatan hingga persoalan yang membutuhkan akses pelayanan dasar. Namun Syamsir tidak begitu khawatir dengan kondisi nelayan setempat karena mereka dibina oleh pengusaha lokal yang lebih maju. “Alhamdulilah pulau Kuil tidak seperti dulu. Sekarang ini kapal dari dan ke pulau Kuil sudah 3 atau 4 kali dalam seminggu. Jaraknya tempuhnya hanya 4 jam dulu dengan kapal kecil bisa seharian.“ pungkas Syamsir. (fithrorozi)