Mahasiswa UGM Kaget Dengan Kondisi Pariwisata di Keciput

SIJUK, DISKOMINFO – Menyebut Tanjung Kelayang, bagi  pejabat pemerintah di Kabupaten Belitung dan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung teringat dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).  Bahkan sejumlah menteri terkait pernah hadir menggaungkan KSPN ini.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang PS Brodjonegoro bahkan menegaskan pembangunan KSPN Tanjung Kelayang berserta sektor pendukungnya merupakan upaya pemerintah pusat menjadi KSPN sebagai upaya diversifikasi sektor ekonomi karena sebelumnya Bangka Belitung mengandalkan sektor pertambangan. Hal ini disampaikan Kepala Bappenas usai memberikan sambutan dalam Musrenbang Provinsi Bangka Belitung 7 April 2017 lalu.

Media nasional gencar memberitakan kawasan strategis yang berada di desa Keciput yang akan menyerap anggaran pemerintah triliunan rupiah ini. Tanjung Kelayang ini pun makin populer apalagi kawasan ini merupakan titik labuh dari yachter dunia dan beberapa kali Tanjung Kelayang dijadikan titik akhir dari event  Sail Indonesia.  Praktis Tanjung Kelayang terkenal di Indonesia dan di mancanegara.

Dampak pemberitaan media ini juga dirasakan mahasiswa UGM yang melaksanakan KKN di desa Keciput. Mahasiswa jurusan Ilmu dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan UGM Taufik mengungkapkan kesannya berada di desa Keciput. Awalnya  takjub lalu kaget karena ternyata apa yang dibayangkan tidak sama begitu melihat kondisi pariwisata di Tanjung Kelayang sebenarnya.

Media merupakan katalisator yang mempengaruhi pembangunan pariwisata namun tidak ikut dalam proses pembangunan pariwisata. Media menjadi bagian dari  5 elemen (pentahelix) yang merupakan kunci keberhasilan pembangunan pariwisata di Indonesia,  4 elemen lainnya adalah pemerintah, akademisi, komunitas dan dunia  usaha.

“Awalnya kami hadir di sini kami takjub namun setelah seminggu kaget karena dengan potensi pariwisata di desa Keciput tidak ada kesenian dan kebudayaan yang dikembangkan.  Inilah yang mendasari kami menjadikan salah satu program yakni menggelar Amazing Keciput Festival“ ungkap  Taufik kepada BuletinBelitong.

Bayangan adanya dukungan kesenian dan kebudayaan di destinasi wisata ia anggap sisi negatif bayangan mahasiswa. Sempat berpikir Keciput kaya dengan kesenian-kesenian. “Sisi negatifnya, kami mengira ada potensi pariwisata namun ternyata tidak didukung kesenian dan kebudayaan yang ada.“ ujar Taufik.

Menurutnya,  namanya daerah pariwisata yang levelnya sudah nasional, kesenian menjadi suatu yang mempengaruhi. Bahkan dalam riset-riset yang dilakukan UGM,  30-40% wisatawan domestik maupun mancanegara hadir di satu wilayah destinasi karena budayanya bukan karena sekedar alamnya tapi lebih tinggi prosentase budaya dan keseniannya ” tambah Taufik

Saat ditanya dukungan pemerintah terkait kegiatan Amazing Keciput Festival, Taufik mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Belitung yang telah membantu kelancaran festival. “Dari eksekutif kami banyak dibantu dari Dispora dan dari Kagama. (sementara) untuk kegiatan festival kami lebih banyak dibantu dari perusahaan yang punya hubungan dengan teman-teman  (mahasiswa)“ ungkap Taufik. (fithrorozi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *