TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Pilar-Pilar Sosial akan tegak berdiri jika ada kepedulian antar sesama. Tegaknya pilar sosial akan dirasakan bagi mereka yang kesulitan mendapatkan akses prasarana sosial dasar seperti pendidikan, kesehatan. Kelompok ini biasanya dialami oleh Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Dibalik upaya menegakkan pilar-pilar sosial ini dibutuhkan sosok yang mampu membangun jejaring kerja. Mereka ini adalah Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) yang dibentuk oleh Kementerian Sosial melalui Dinas.
Bagaimana TKSK memainkan perannya dalam mengatasi hambatan PMKS mendapatkan akses pelayanan dasar, cBuletinBelitong menemui Sunandar Sani usai mengikuti Seminar Nasional Pengusulan H.A.S. Hanandjoeddin sebagai Pahalawan Nasional, Selasa (25/4).
Sunandar Sani adalah 1 dari 5 TKSK yang ada di Kabupaten Belitung yang tugasnya menjembatani kepentingan PMKS mendapatkan pelayanan dasar seperti rumah layak huni, jaminan kesehatan, bantuan sosial yang disalurkan oleh pemerintah. Pada 13 April 2017 lalu, Dinas Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menetapkannya sebagai TKSK terbaik di Provinsi Bangka Belitung.
“Di Indonesia ini ada 7094 TKSK, 47 TKSK diantaranya berada di Provinsi Bangka Belitung sedang di kabupaten Belitung ada 5 TKSK yang mewakli 5 kecamatan di Belitung” ujar Sunandar. Mengaku bangga dipilih sebagai TKSK Terbaik meski dia merasa hal yang lazim dan sepantasnya dilakukan dengan atau tanpa embel-embel TKSK.
Sunandar ditunjuk sebagai TKSK Sijuk sejak tahun 2009. Ini merupakan panggilan jiwa karena banyak orang yang tidak beruntung karena statusnya sebagai penyandang masalah kesejahteraan yang senang kita bantu. Ukurannya rasa senang itu tidak bisa diukur dengan uang” ujar Sunandar mengungkapkan alasan sebagai TKSK selama 8 tahun. Hal serupa diungkapkan oleh TKSK Badau, Hidayat Adau.
”Sebenarnya membantu orang juga tidak memerlukan uang, dengan kita hadir bersama mereka mereka merasa senang, apalagi kalau kita membantu“ ujar Dayat yang kerap melayani warga Badau yang juga bangga dipilihnya Sundanar, mitra kerjanya menjadi yang terbaik.
“Kami ini saling bekerjama dalam membangun jejaring sosial. Kalau ada permasalahan di Badau kita bantu, begitupun ketika terjadi di Sijuk, rekan-rekan sesama TKSK pasti akan membantu” tutur Sunandar. Banyak aspek yang membuat dirinya dianggap terbaik. “Biasanya yang dinilai itu keakfikan dalam membangun jejaring kerja, selain penilaian profil, dan wawasanan serta pengetahuan kita dilihat dari keaktifan mengikuti Bimtek-Bimtek yang diselenggarakan baik pemerintah pusat, provinsi maupun yang ada di Kabupaten Belitung” ujar Sunandar.
Sebagai TKSK, Sunandar melakukan pemetaan sosial terhadap 26 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang ada di Sijuk. Banyak bantuan yang diberikan kepada PMK mesti dipastikan TKS apakah diterima dengan baik atau tidak. Bantuan tersebut berasal dari pemerintah, perorangan maupun dari perusahaan melalui bantuan CSR. “Banyak bantuan seperti rumah layak huni dari pemerintah maupun dari CSR untuk Rumah Layak Huni dari BRI ataupun Program Rastra (bantuan beras) yang perlu kita dampangi. Karena penerima bantuan kadang tidak mengerti bagaimana bisa sampai ke tangan mereka. Seperti distribusi BPJS kepada kelompok miskin yang terdaftar dalam PBI (Penerima Bantuan Iuran). Kita bantu mengurus kartu BPJS atau klaim jaminan kesehatan mereka ke instansi terkait. Kita bisa mudah karena sudah punya jejaring sosial yang dibangun sebelumnya dan pekerjaan ini tanpa gaji“ pungkas Sunandar.
Keberadaan TKSK dibawah pembinanan Dinas juga Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Sosial (PPPAS) Kabupaten Belitung Haziarto memungkinkan mereka dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di dinas instansi. Tidak ada kata mengeluh, meski cakupan wilayah kerja mereka cukup luas seperti yang dialami Sunadar Sani. Kepuasan mereka selain memiliki jejaring sosial yang luas, mereka pun senang juga apa yang mereka lakukan berguna bagi orang, begitupun ketika ilmu mereka bertambah, ilmu itu akan menjadi amal jariyah karena dimanfaatkan oleh orang banyak. (fithrorozi)