Pentingsari Dan Edukasi Dari Secangkir Kopi

YOGYAKARTA, DIKSOMINFO – Harum aroma kopi menyambut pagi sinar mentari di Pentingsari. Di hari kedua (29/4) Sutami, Regi dan Andri-pengelola Dewi (Desa Wisata) Kuase disuguhi kopi. Menikmati kopi ditengah  suasana perdesaan ini tentu memiliki kesan tersendiri. Kesan itu sengaja di ciptakan agar pengunjung desa Petingsari merasa berada di kampung sendiri.

Dalam sejarah perdagangan kopi dunia, Pentingsari mungkin tidak setenar Gayo namun bukan berarti kopi Pentingsari tidak punya nilai. Warga desa Pentingsari punya cara bagaimana menyajikan kopi untuk wisatawan. Bagi Sutami, Regi maupun Andri menyeruput kopi adalah hal biasa. Yang membuat berbeda adalah mereka mendapatkan pengalaman bagaimana kopi dipetik dari pohon, lalu ditumbuk hingga menjadi bubuk kopi yang siap disajikan. Karena tak banyak orang paham bagaimana biji kopi diolah menjadi bubuk kopi.

Informasi cara mengeolah kopi ini mereka dapatkan di rumah kopi sebagai bagian dari atraksi andalan Desa Wisata Pentingsari. Setiap pengunjung diberikan arahan dan informasi mengenai pengolahan kopi robusta secara tradisional, lengkap dengan penjelasan  nilai-nilai edukasi dan ekonomi yang bisa dipetik dari wisatawan.

Pengalaman ini memberi kenangan tersendiri. Dengan mengenalkan proses, wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Pentingsari akan merasakan nilai-nilai budaya dalam pertanian. Dalam tataran akademis, pertanian selalu dikaitkan dengan budaya karena itu muncul istilah Agriculture.

Sebelum kopi dinikmati, mereka berkeliling kampung menikmati suasana perdesaan yang asri. Semuanya serba alami tanpa ada yang ditutup-tutupi. Tidak salah, desa wisata Pentingsari mendunia dimana wisatawan lebih dari 120 negara pernah berkunjung “Kebanyakan wisatawan menginap di homestay milik warga ditengah  suasana perdesaan yang alami. Ini menjadi inspirasi kita“ ujar Sutami yang juga sudah lama berkecimpung didunia pertanian.

Inspirasi yang dimaksud Sutami tak lain karena dunia pertanian yang ia geluti sarat dengan nilai-nilai budaya. Belitong memiliki vegetasi khas seperti kerangas dan landscape pertanian yang diolah secara tradisional.  Misalnya kelekak, kebun buah ini sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal, dimana yang menanam  tidak akan memetik hasil layaknya perkebunan kopi, sawit dan perkebunan monokultur lainnya. Kelekak memiliki beragama tanaman buah seperti langsat, manggis, durian yang akan diwariskan kepada anak cucu tak jarang hasilnya pun bisa dinikmati tetangga meski mereka tidak ikut menanam namun menikmati hasilnya. Dengan begitu tak mudah orang menjual lahan, karena kelekak diwariskan turun-temurun.

Selepas menikmati kopi di rumah warga, Sutami dan rekannya kembali menelusuri Desa Wisata Pentingsari. Tidak perlu pemandu untuk mengetahui seluk-beluk lokasi yang ingin mereka tuju karena papan informasi gampang terlihat. Papan informasi ini membuat  wisatawan tidak takut tersesat “Dengan papan informasi membuat (kami merasakan) suasana akrab dengan lingkungan sekitar. Terase benar karakter desa wisatanya” ujar Sutami sembari menjelaskan suasana akrab saat mereka berinteraksi dengan tokoh adat setempat di hari kedua kunjungan mereka di Desa Wisata Pentingsari. (fithrorozi).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *