TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Seperti hari libur biasanya, suasana di hari buruh (May Day) tidak begitu mencolok. Kalaupun ada kendaraan yang lalu-lalang bukanlah konvoi buruh yang sedang memperingati Hari Buruh. Bahkan banyak buruh perkebunan kelapa sawit di Membalong, Kelapa Kampit, Sijuk tidak paham kenapa diperingati hari buruh.
Istilah buruh di pulau Belitung ini justru banyak didengung-dengungkan ketika perusahaan tambang beralih dari GMB milik Belanda ke PN Timah milik Indonesia. Sejarah tambang di pulau Belitung lebih banyak mengguli istilah kuli bagi pekerja-pekerja tambang dan ini identik dengan pekerja migran dari Tiongkok.
Dalam buku “Herrinneringen aan Blitong“ (kenang-kenangan kepada Belitong) yang ditulis Ir. Corns de Groot yang diterbitkan di Gravenshage tahun 1887, pada akhir Agustus 1851 keberadaan kuli tambang Cina didatangkan dari pasar tenaga kerja di Singapura ke Tanjungpandan, jumlahnya 60 laki-laki (hal: 337). Dua puluh tahun kemudian (1871) terdapat 4.321 penduduk Cina di Belitung termasuk wanita dan anak-anak, 3.531 merupakan kuli tambang.