- Official Website - https://kominfo.belitung.go.id -

Upaya Baridi Melestarikan Atraksi Beripat Beregong

MEMBALONG, DISKOMINFO – Hingga pukul 20:30 panggung beripat setinggi setengah meter belum menunjukkan aktivitas. Begitupun penabuh gong, tawak-tawak dan peniup serunai di balai peregongan belum terlihat. Namun kabel listrik untuk menerangi balai peregongan sudah terpasang seminggu lalu. Warga dusun Aik Nangkak memang telah menyiapkan arena seni ketangkasan Beripat-Beregong sejak seminggu lalu sebagai bagian dari Maras Taun.

“Agek sepi wah“ tulis Baridi pada status facebooknya. Warga desa Kembiri ini termasuk pewarta seni budaya yang baik. Tidak hanya atraksi seni budaya, ia juga sering memposting pengetahuan dan kearifan lokal yang ada dalam keseharian masyarakat Membalong.

‘Beripat-Beregong Tulai Reh’. Begitu tulisan diatas kain putih tergantung di Balai Peregongan saat kami dan sesepuh Komunitas Telinsong Budaya melintas. Balai Peregongan setinggi tiga kali tinggi orang dewasa atau sekitar 5 meter memastikan seni Beripat akan berlangsung di dusun Aik Nangkak desa Simpang Rusa, Kecamatan Membalong. Tak beberapa lama Baridi pun memposting video atraksi beripat.

Baik panggung beripat maupun balai peregongan yang digunakan untuk mengiringi atraksi beripat didirikan tanpa menggunakan paku melainkan dengan ikatan akar beripat. Paku merupakan pantangan dalam beripat karena unsur besi diyakini menimbulkan luka. Karena dukun beripat akan memeriksa seluruh arena beripat beregong baik yang berupa fisik maupun metafisik.

Setidak ada dukun yang berperan penting bagi keselamatan dalam lancarnya pelaksanaan adu ketangkasan ini yakni dukun kampung dan dukun beripat sendiri. Tanpa izin dukun kampung, tidak menutup kemungkinan serunai, tawang dan gong yang ada di balai peregongan pun enggan berbunyi.

Sedang dukun beripat tak jarang bertindak sebagai wasit yang memeriksa rotan yang dibawa petarung. Karenanya meski rotan dicambuk membekas di tubuh, petarung tak merasa kesakitan. Kalaupun terluka biasanya dibaringkan diatas sehelai daun pisang atau diolesi jadam.

Dalam video Baridi, tampak nigal (menari sembari memasang kuda-kuda) atau disebut sindeng dengan mengayun-ayunkan rotan. Petarung biasanya lebih senang menggunakan rotan tunggal, yakni rotan yang tumbuh serumpun dan tidak bergerombol.

Kini seni atraksi beripat hanya ditampilkan sebagai tontonan. Berbeda halnya yang ditampilkan di dusun Aik Nangka, desa Simpang Rusa malam ini, Senin 8 Mei 2017. Suara riuh penonton tampak terdengar menyemangati petarung. Video yang diunggah Baridi merupakan bentuk upaya pelestarian seni budaya yang mulai ditinggalkan. Beragamnya seni budaya yang didokumentasi Baridi melalui media sosia, membuat orang makin mengenalkan seni budaya Belitong khususnya yang ada di kecamatan Membalong. (fithrorozi)