BOGOR, DISKOMINFO – Air merupakan sumber kehidupan yang mengilhami terbentuknya suatu masyarakat. Di Belitung, air dilekatkan pada nama-nama kampung seperti kampong Aik Selumar, Aik Batu Batu Buding, Aik Ketekok ataupun Aik Merbau. Dengan mempertimbangkan air, masyarakat bertani sehingga terbentuk kampung kecil disebut kubok. Perspektif air bagi sumberdaya pertanian ini mulai bergeser ketika populasi manusia yang merubah fungsi lahan, sehingga air menjadi komoditas baru di era modern.
Untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya air, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar Seminar Kebun Raya dan Pengelolaan SDA yang mengangkat tema Peran Penting Kebun Raya dalam Konservasi Alam untuk Kelestarian Lingkungan dan Peningkatan Perekonomian Masyarakat, di Gedung Konservasi, Bogor Jawa Barat, Selasa (9/5).
Seminar ini dihadiri oleh Bupati Belitung H. Sahani Saleh.S.Sos. Pasca tambang, daratan pulau Belitung memiliki sejumlah kolong yang bisa dimanfaatkan sebagai sumberdaya air. Salahsatunya dijadikan sumber air baku PDAM Kabupaten Belitung. Namun sumber air baku ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terutama di saat musim kemarau. Masyarakat beralih menggunakan air tanah, demikian pula dengan hotel dan bangunan komersial mulai memanfaatkan cadangan air tanah.
Untuk menyimpan air tanah dan menjaga keberadaan air tanah agar tetap bersih, LIPI memiliki peran penting dalam mengatasi kelangkaan sumberdaya air yakni dengan memanfaatkan kebun raya sebagai daerah penyangga .
Sebagaimana dilansir dari media www.rmoljabar.com, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mengatakan kebun raya memiliki peran penting untuk mengatasi permasalahan air di negeri ini, dan kebun raya selama ini menjadi buffer zone (kawasan penyangga dan aplikasi yang bersumber dari pengembangan ketahanan air untuk pulau-pulau kecil0.
“Water scarcity (kelangkaan air) menyebabkan akses masyarakat terhadap air bersih sangat kecil. Pembangunan kebun raya maupun miniatur miniatur kebun berbagai daerah yang rawan kelangkaan air akan membantu timbulnya konservasi air secara alami dan mendorong air dengan kualitas baik dan kuantitas besar,” ujar Iskandar. Menurutnya, selain kebun raya, solusi mengatasi kelangkaan air pun harus dibarengi dengan pengelolaan SDA yang terintegrasi.
Kehadiran Bupati Belitung H. Sahani Saleh.S.Sos dalam seminar ini sangatlah penting dalam mencermati kondisi kelangkaan sumberdaya air teruma di pulau-pulau kecil. Hal ini terkait dengan hasil pengembangan LIPI dalam beberapa tahun tahun terakhir. LIPI telah berhasil mengaplikasikan suatu konsep One lsland, One Plan, One Water yakni ketahanan air pada pulau kecil yang minim akses terhadap ketersediaan air bersih melalui berbagai inovasi teknologi.
Pemikiran keterkaitan air dengan sumber pangan yang berkembang dalam masyarakat Belitung tempo dulu juga mulai dibangkitkan kembali. “Ketahanan air suatu daerah merupakan pondasi dari ketahanan pangan dan energi suatu wilayah yang berujung pada kesejahteraan perekonomian masyarakat di daerah tersebut,” ujarIskandar.
Seminar Kebun Raya dan Sumberdaya air ini juga dihadiri Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya LIPI, Didik Widyatmoko Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarif Hidayat yang juga menghadirkan narasumber dari sejumlah Anggota Komisi VII DPR RI. (fithrorozi)