Pedagang Eceran Pun Butuh Informasi Pasar

TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Suasana pasar tradisional Berehun masih seperti biasa. Sejumlah pedagang sudah mengemasi barang dagangan sejak pukul 11 pagi tadi bahkan banyak yang mengemasi barang sejam sebelumnya. Pemandangan ini lazim, Suasana pasar agak ramai saat masyarakat melaksanakan hajat ruwahan. Menjelang Ramadhan BuletinBelitong memantau harga di Pasar Berehun, Kamis 11 Mei 2017.

Meski hari libur seperti libur Peringatan Hari Waisak sekarang ini pasar Berehun sepi kecuali minggu “Kalau hari Minggu, saya berani mengambil 3 kilo cabe dari pengumpul“ ujar Aminah yang mengaku sudah sejak 1980an berdagang. Sejak pasar Inpres pindah yang menempati lokasi Pasar Berehun sekarang ini, ia masih menyebut dirinya pedagang modal dengkul.

“Kami ini pedagang modal dengkul. Karena kami membayar setelah barang laku terjual. Tidak berani banyak karena takut tidak dipercaya” ujar Aminah yang berdagang bersama anaknya Sumarni.

Barangnya didapat dari pengumpul hasil panen petani atau dari pedagang lain yang sudah memiliki jaringan distribusi yang memiliki modal lebih besar. Aminah menyebutnya tauke pasar Berehun. umumnya memodalkan kepercayaan dan kekrabatan sesama pedagang. Dengan modal terbatas ia hanya bisa sanggup mengambil cabe dari 2-3 kg. “ Sebenarya kalau kita memesan 10 kilo disanggupi tapi karena kalau tidak laku kan kasihan juga “ ujar Aminah. Baik Sumarni maupun Aminah mendapatkan barang dagangan dengan mengandalkan kepercayaan sesama pedagang atau pemasok.

Menjelang Ramadhan, sejumlah harga mengalami kenaikan. Harga bawang putih yang dulunya Rp. 35 ribu per kilo kini naik menjadi Rp.50 per kilo dan diecer Rp.60 ribu per kilonya. Sekilo cabe rawit Rp.50 ribu, lalu dari tengkulak Rp.60 ribu jika diecer bisa dijual Rp.100 ribu per kilo.

“Saat ini harga cabe di pengecer sudah mencapai Rp.100 ribu per kilo. Kalau cabe dari Jakarta banjir, harganya bisa turun dan harga cabe Belitong bisa naik.” ungkap Sumarni. Turunnya hujan di Belitong sekarang berpengaruh pada jumlah pasokan cabe di pasar Berehun selain itu cabe lebih cepat busuk. Untuk memanen, petani butuh 2-3 dari panen sebelumnya.

Cabe merupakan kebutuhan rumah tangga yang paling sensitif dibandingkan komoditas lain. Karenanya informasi pasar dari instansi berwenang diperlukan bagi pedagang-pedagang pengecer seperti ini . Kepada Marni dijelaskan bahwa informasi pasar ini nantinya akan dipublikasi melalui internet “ Wah bagus itu pak, jadi kita bisa membaca dari handphone” ujar Marni.

Sebagian sayur-mayur kebutuhan rumah tangga yang di ada di Belitung seperti tomat, bawang, kentang dan cabe didatangkan dari Jakarta melalui jalur laut. Hambatan distribusi ini yang kerapkali membuat harga mengalami kenaikan “ Kapal-kapal kecil tidak berjalan, sementara kapal besar hanya 2 kali seminggu dan itupun sudah ada yang memesan “ ujar Dullah pedagang pasar Berehun yang disebut tauke dari Aminah.

“Kentang misalnya, sekali kapal membongkar muatan sudah ditunggu 10-15 pedagang besar. Kalau kami termasuk pedagang kecil paling berani hanya 15 karung saja “ tutur Dullah. Dari jumlah itulah kentang ia salurkan lagi ke pedagang pengecer dengan modal kepercayaan tadi. Dullah mengaku, menjelang Ramadhan muatan sayur lebih sedikit dibandingkan dengan kue-kue kering yang mulai dipersiapkan untuk kebutuhan Lebaran.

Kenaikan sejumlah harga tidak hanya ditentukan dengan jumlah pasokan dari Jakarta dan hasil panen petani lokal namun juga selera. Misalnya untuk komoditas bawang merah dari Brebes, pedagang eceran membeli seharga Rp 35 ribu per kilo atau bisa lebih murah jika dibeli per karung yang hanya Rp.20.000 meski masih perlu dibersihkan lagi. Jika diecer pedagang bisa dijual dengan harga Rp. 40 ribu kilo.

Harga bawang merah dari Brebes jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bawang dari Malaysia. Selain relatif stabil harganya pun lebih murah. Sekilo dibeli pedagang seharga Rp.13 ribu jika diecer Rp.18-20 ribu per kilo. Meski jalur distribusi lebih panjang yang berimbas pada biaya transportasi namun harga jual relatif murah dan stabil. Namun konsumen lokal lebih tertarik dengan bawang Brebes.

“Selain wangi, rasanya pun berbeda dengan bawang Malaysia” ujar Sumarni mempertegas harga yang murah tidak menjamin permintaan pasar meningkat. Selera dan kualitas ikut mendorong kenaikan harga. Karenya itu menyambut baik kalau ada informasi pasar yang bisa dibaca lewat internet.

“Kemarin juga ada yang nanyak-nanyak harga. Kalau ada beritanya harga-harga barang kan bagus, semua orang disini juga bisa baca jadinya” pungkas Marni (fithrorozi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *