Kepala DSPPPA, Kasimin menyebut program ini merupakan fasilitasi bantuan sosial yang telah dilakukan sejak tahun 2024. Bantuan ini diberikan untuk penerima yang bersifat insidentil atau tidak direncanakan.
“Seperti tadi ada bantuan orang berobat ke rumah sakit yang tidak ditanggung oleh BPJS atau program Sehati,” ucap Kasimin.
Selain bantuan uang saku untuk berobat, bantuan lain yang diberikan diantaranya bantuan alat bantu seperti kursi roda dan kaki palsu, bantuan sepatu dan tas sekolah. Bantuan ini juga untuk mendukung program cipta edukasi ramah daerah sepanjang hayat (Cerdas) yang digagas oleh Bupati dan Wakil Bupati Belitung
“Termasuk juga bantuan sembako untuk kemiskinan ekstrim juga ada 2 orang,” ucap Kasimin.
Menurut Kasimin program ini juga merupakan jalan keluar bagi pemberian bantuan diluar program bantuan pangan non tunai (BPNT) atau program keluarga harapan (PKH). Mekanisme program ini merupakan melalui pengajuan dari masyarakat yang nantinya akan dilakukan pengecekan di lapangan oleh DSPPPA.
“Kita crosscheck juga ke lapangan apakah yang bersangkutan masuk ke desil 1 sampai 5 (sistem pengelompokan kesejahteraan) sesuai Permensos No. 79 tahun 2025,” imbuh Kasimin.
Haryanto, salah satu orang penerima bantuan sosial menyebut bantuan yang diberikan DSPPPA sangat membantu kondisi putrinya. Haryanto mengaku putrinya menderita penyakit rapuh tulang sehingga sangat membutuhkan bantuan kursi roda.
“Kami sangat berterima kasih atas bantuan ini kami sangat terbantu sekali untuk anak kami,” ucap Haryanto.
Ini merupakan kali kedua DSPPPA Belitung memberikan bantuan sosial melalui program Linjamsos dan Rehabsos. Sebelumnya bantuan serupa telah diberikan pada bulan mei lalu yang memberikan manfaat bagi 11 orang penerima. (Narasi : Arlan / Redaktur : Verry)
